Sebenarnya sudah sejak lama saya tertarik dengan food photography. Rasanya ingin juga bisa memotret makanan sehingga tampak lezat sekaligus cantik. Namun karena keterbatasan waktu dengan sibuk mengurus Miguel (5 tahun) dan Vino (10 bulan), rencana ini masih saya simpan.
Beberapa waktu lalu saya mendengar kalau Dita Wistarini atau lebih dikenal dengan sapaan Mamin/Ditut kembali ke tanah air untuk sementara dan mengadakan workshop food photography di Jakarta. Saya langsung semangat untuk mendaftar agar bisa ikut acara tersebut. Namun saya belum beruntung karena kehabisan terlambat daftar. Dalam hati saya menghibur diri, mungkin memang belum waktunya.
Tidak lama kemudian Nyanya, kontributor The Urban Mama memberitahu bahwa Ditut akan mengadakan workshop di Bandung. Tanpa pikir panjang saya langsung daftar dan berhasil! Rasanya tak sabar menantikan acara itu, saya bisa “me time” sambil belajar.
Workshop food photography yang saya ikuti berlangsung selama lima jam. Walau demikian, waktu lima jam itu berlalu tanpa terasa. Setelah mendapatkan teori, kami lebih banyak berlatih dengan kamera masing-masing. Oh ya, kita tidak harus punya kamera SLR/DSLR untuk mengikuti acaranya. Boleh juga membawa kamera digital biasa.
Awalnya saya menganggap kalau kita memiliki properti yang keren, hasil foto akan otomatis jadi bagus. Ternyata tidak sesederhana itu. Sekarang hasil foto saya mungkin masih jauh dari bagus apalagi sempurna, tetapi saya akan terus berlatih dan sangat menikmati prosesnya.
Beberapa waktu lalu saya mendengar kalau Dita Wistarini atau lebih dikenal dengan sapaan Mamin/Ditut kembali ke tanah air untuk sementara dan mengadakan workshop food photography di Jakarta. Saya langsung semangat untuk mendaftar agar bisa ikut acara tersebut. Namun saya belum beruntung karena kehabisan terlambat daftar. Dalam hati saya menghibur diri, mungkin memang belum waktunya.
Tidak lama kemudian Nyanya, kontributor The Urban Mama memberitahu bahwa Ditut akan mengadakan workshop di Bandung. Tanpa pikir panjang saya langsung daftar dan berhasil! Rasanya tak sabar menantikan acara itu, saya bisa “me time” sambil belajar.
Workshop food photography yang saya ikuti berlangsung selama lima jam. Walau demikian, waktu lima jam itu berlalu tanpa terasa. Setelah mendapatkan teori, kami lebih banyak berlatih dengan kamera masing-masing. Oh ya, kita tidak harus punya kamera SLR/DSLR untuk mengikuti acaranya. Boleh juga membawa kamera digital biasa.
Awalnya saya menganggap kalau kita memiliki properti yang keren, hasil foto akan otomatis jadi bagus. Ternyata tidak sesederhana itu. Sekarang hasil foto saya mungkin masih jauh dari bagus apalagi sempurna, tetapi saya akan terus berlatih dan sangat menikmati prosesnya.